Cafe Bisnis Online
News Update :

KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN : Fenomena TATTO Dalam Masyarakat Urban, Oleh : Rony

Minggu, 01 April 2012

 Oleh :
Rony

Setiap zaman melahirkan generasi dengan ciri yang berbeda dengan zaman yang liannya. Begitu pula setiap manusia yang hidup pada satu zaman tertentu memiliki ciri khas tertentu pula untuk menandai zaman tersebut dalam kelompoknya masing-masing. Begitu pula dengan yang dikatakan oleh Foucault bahwa “setiap zaman memiliki keteraturan appriori pengetahuan sendiri-sendiri hingga menjadikan sebuah zaman memiliki karakter yang berbeda dengan zaman lainnya” (dalam Suyono, 2002: 150). Dengan perbedaan karakter tesebut kita dapat memahami dan menggambarkan setiap tahap perkembangan dari zaman-zaman yang telah berlalu. Di zaman ini setiap orang/individu memiliki kebebasan untuk menciptakan ciri atau warna hidupnya sendiri dan bukan lagi mengacu pada masing-masing kelompoknya. Mulai dari ciptaan dan kreasinya sendiri sampai pada peniruan dari orang yang di idolakan atau gaya hidup yang lagi trend bahkan sampai meniru apa yang dilakukan oleh orang yang diidolakan.

Itulah wujud ekspresi hidup dari setiap manusia yang ada pada saat ini. Ekspresi yang diwujudkan melalui segala sesuatu yang digunakan sampai pada kegiatan yang dilakukan untuk kehidupannya sehari-hari, mulai dari olah kata yang dikeluarkan dari mulutnya, tempat tinggal, makanan, dan pakaian yang dikenakan, sampai pada memperlakukan tubuhnya sendiri. Bentuk ekspresi yang dimunculkan tersebut, mengupayakan dirinya untuk meraih sebuah nilai yang dilemparkan oleh audiens (masyaralat luar) seperti nilai estetis (cantik, indah, gagah, dan sebagainya), begitu juga nilai-nilai lainnya yang ingin dicapai sehingga memunculkan pencitraan bagi dirinya sendiri.
Tato Merupakan Sebuah Ekspresi.

Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mengaktualisasikan sebuah ekspresi, salah satu dengan menjadikan tubuh sebagai medianya. Jika hari ini kita memandang arti dari tubuh yang kita bawa ini, bukan lagi menjadi sesuatu yang menakutkan atau yang dianggap potensial berbahaya dan perlu selalu diawasi, tetapi tubuh dianggap sebagai sesuatu untuk dinikmati, sesekali memang dapat rusak, tapi dengan cepat bisa segera disembuhkan atau diperbaiki (Juliastuti : 1999). Kini tubuh tidak lagi hanya untuk dirawat ataupun dijaga agar tak terluka. Tubuh yang kita miliki sudah menjadi media untuk mengaktualisasikan hasil kreasi dari setiap ekspresi layaknya selembar kanvas yang digunakan oleh pelukis untuk dipolesi cat warna-warni sampai dengan sengaja untuk dilukai seperti pada saat membuat tato dan tindik (percing) dan banyak lagi perlakuan-perlakuan lain sehingga membentuk identitas pada dirinya sendiri.
Ekspresi inilah yang dimunculkan oleh tato pada tubuh, menjadikan tubuh sebagai media, dilukai dan diberi warna sampai menarik bagi pemilik tubuh tersebut. 

Perjalanan Tato di Indonesia
Sebagai sebuah bentuk dari ekspresi, tato juga merupakan sebuah karya seni yang tertua didunia. Dimana tato sudah dipraktikkan oleh beberapa suku didunia semenjak ribuan tahun yang lalu. Tato tato digunakan untuk penunjukan sebuah suku atau membedakan satu suku dengan suku lainnya dan status seseorang dalam kelompoknya. Tato juga dapat memberikan penjelasan kepada orang lain untuk melihat kedewasaan dan menunjukkan keahlia/pekerjaan bagi pemilik tato. Bagi masyarakat Mentawai, tato memilikiki banyak makna, tanda dan simbol (Pujileksono, 2006 : 160). Dari tato yang ditorehkan pada tubuh mereka, akan dengan mudah mengenali orang tersebut mulai dari status sosialnya, perkerjaan dan prestasi yang pernah ia peroleh.

Kalau dulu tato merupakan sebuah simbol budaya dari kelompok tertentu dengan proses ritual yang bersifat magis dan sakral, maka kini tato bukan lagi milik dari kelompok tertentu atau suatu penandaan dari budaya tertentu lagi, tato kini sudah menjadi konsumsi kalangan banyak yang tak lagi melalui proses ritualisasi dan memiliki nilai sakralitas.

Di Indonesia sejarah tentang tato juga pernah dikenal melalui Suku Mentawai, Suku Dayak dan Bali. Pembuatan tato pada zaman dahulu masih bersifat manual, menggunakan tulang binatang dan tintanya diambil dari getah tumbuh-tumbuhan atau kulit pohon dengan racikan khusus. Membuat tato tidaklah sesederhana dengan cara yang praktis (membuat begitu saja), membuat tato memerlukan ritual-ritual khusus atau melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan oleh orang kebanyakan. Dikuil Shaolin Cina, menggunakan gentong besi yang panas dengan gambar naga dan macan disisinya kemudian di lekatkan pada pergelangan tangan sampai tercetak gambar pada kulit. Suku mentawai menggunakan jarum yang bertangkai jarum, kemudian dipukul degan pelan-pelang menggunakan kayu pemukul sehingga zat pewarna dapat masuk kedalam kulit. Zat pewarna yang digunakan merupakan campuran daun pisang dan arang tempurung kelapa (Adi Rosa dalam Budiarti dkk, 2001). Kini membuat tato tak lagi menyakitkan dan tidak memerlukan ritual khusus, mesin pembuat tato yang ada saat ini parlor (studio/salon tempat untuk membuat tato) lebih memudahkan kita untuk memiliki tato sesuai dengan yang diinginkan.

Tato yang dikenal oleh masyarakat indonesia saat sudah mengalami beberapa fase perubahan sejak awal kehadirannya. Tato yang pada awalnya memiliki rilai religiusitas dan magis pada masyarakat tertentu dalam kelompok yang tertentu pula, kemudian ketika rezim Orde Baru berkuasa, tato dianggap identik dengan penjahat, gali yang dianggap dapat mengganggu ketentraman masyarakat. Masa tersebut berkaitan dengan peristiwa yang terjadi pada tahun 80-an yang dikenal dengan PETRUS (penembakan misterius), dimana orang-orang yang memiliki tato dianggap sebagai penjahat yang mengacau dan mengganggu ketentraman masyarakat, mereka yang memiliki tato, dengan sengaja untuk ditembak sebagai treatmen atau tindakan tegas bagi mereka untuk mengkodusifkan keamanan masyarakat (Juliastuti, 2000). Setelah runtuhnya orde baru maka mulailah tato digunakan sebagai bentuk perlawanan. Anggapan negatif masyarakat dan larangan memakai tato atau merajah tubuh bagi beberapa ajaran agama bahwa tato itu haram dan dosa, maka dengan stigma seperti itulah pemberontakan mulai muncul untuk membebaskan diri terhadap tatanan nilai sosial, dari segala tabu yang mengikat setiap manusia. 

Setelah tato digunakan sebagai bentuk pemberontakan terhadap tatanan-tatanan sosial yang ada, ketika tato dianggap sebagai sesuatu yang buruk maka kini tato dianggap sebagai sesuatu yang modis dan trendi. Sudah banyak kalangan yang menggunakan tato tidak merasa risih ataupun malu, malahan sengaja untuk diperlihatkan kepada orang lain. Coba saja untuk berkunjung ke mall, club malam atau di ruang-ruang publik lainnya, anda akan mendapatkan orang-orang yang memakai tato dibagian-bagian tubuhnya yang sangat jelas kelihatan bahkan ada juga yang ditempatkan pada bagian tubuhnya yang sensitif tapi sedikit sengaja untuk diperlihatkan. Artis cantik Ratu Felisha, Rebecca Tumewu sampai komedian yang pernah bermain dalam acara Extrvaganza di Trans TV yaitu Tora Sudiro dan banyak lagi para selebriti dan entertainer lainnya yang muncul dilayar kaca mempertontonkan totto yang melekat ditubuhnya.
DAFTAR PUSTAKA

Pujileksono, Sugeng. 2006. “PETUALANGAN ANTROPOLOGI: Sebuah Pengantar Ilmu Antropologi”. UMM Press. Malang.
Suyono, Seno Joko. 2002. “TUBUH YANG RASIS: Telaah Kritis Michel Foucault Atas Dasar-Dasar Pembentukan Diri Kelas Menengah Eropa”. Yogyakarta. Lanskap Zaman dan Pustaka Pelajar.

Internet :
Budiarti, Rita Triana, dkk. ”TATO, PERJALANAN PURBA ORNAMEN ABADI”. Gatra Nomor 20, Beredar Senin 2 April 2001], http://www.geocities.com/tattoosind/seni-tattoo.htm). Diakses pada tanggal 8 Januari 2009, pukul 14.02.
Juliastuti, Nuraini. 1999. “STUDI TUBUH”. http://kunci.or.id/esai/nws/01/studi _tubuh.htm. Termuat di newsletter KUNCI No. 1 Juli 1999. Diakses pada tanggal 8 Januari 2009, pukul 14.29.
___________. 2000. “TUBUH YANG MENDUA”. http://kunci.or.id/esai/nws/0607 /tubuh.htm. Termuat di newsletter KUNCI No. 6-7 Mei dan Juni 2000. Diakses pada tanggal 8 Januari 2009, pukul 14.22. 


LINK AFFILIATE


Cafe Bisnis Online Cafe Bisnis Online Lowongan kerja buat facebookers Cafe Bisnis Online Cafe Bisnis Online
Share this Article on :

TERKOMENTARI

Cafe Bisnis Online
Amal Shaleh (3) Amanat Undang Undang Dasar (1) Antropologi (1) Arang Tempurung (1) Artis (1) Arumi Bachim (1) Azon Profit MAster (1) BBM (4) Beli Buku (1) Bisnis Potensial (1) Blogger (2) Buku Book (2) Cari Dolar (3) Cari Duit (3) Demonstrasi (8) ebook (2) Fakultas Hukum Unhas (1) Future Technologi (4) Gerakan Indonesia Mengajar (8) Gerakan Mahasiswa (10) Gerakan Pekerja dan Buruh (3) Gizi Buruk (3) Halte Kayu (1) Hamdan Andank (1) Home Shcooling (2) Indonesia Maju (8) Info Lomba (3) Istana Negara (1) Isu Seksi (2) Jalan Baru Islam (4) Jual Buku (1) Jual Buku Digital (1) Kelautan (6) Kesimpulan Buku (1) Kesimpulan dan Saran (5) Kiamat 2012 (2) Kick Andy (1) Kolaborasi (1) Komisi (1) Komoditi (1) Kondisi Masyarakat Pesisir (1) Krisis Pangan (3) Kursus (2) Lamun (1) Lowongan Kerja (1) Masa Depan Dunia (8) Masa Depan Indonesia (18) Masa Depan Kelautan (1) Masyarakat Nelayan (4) McDonald's (1) Membuat Affiliate (1) Mengajar (8) Mobil Esemka (1) Mobil Moko (1) Pariwisata (1) Pasca Sarjana (1) Pendidikan Hukum (2) Penduduk Dunia (2) Penduduk Indonesia (4) Penelitian (2) Penemuan (4) Pengajian Anak (1) Penggulingan Rezim (5) Penggulingan SBY (4) Penhasil Dolar (1) Penjarahan (1) Perairan Indoensia (3) Perikanan (1) Pertanian (1) Pesisir Indonesia (4) Peternakan (1) Rekomendasi (2) Reviw Penelitian (1) Riset dan Survey (4) Sanggar Pendidikan (2) Selebritis (1) Simpulan dan saran (2) Soeharto (1) Software (1) Software Canggih (1) Sosial Politik (1) Statistik (1) Strategi Pembangunan (8) Sulawesi Selatan (2) Teknologi Informatika (8) Teknologi Masa Depan (4) Teknologi Tinggi (7) Tentara dan Polisi (2) Tulisan (3) Universitas Hasanuddin (6) Universitas Se-Indonesia (7) Wakatobi (2)
 

© Copyright LediSYah.com 2010 -2011 | Design by Syahnudin Syahden | Published by Ledisyah Template | Powered by Blogger.com.