Cafe Bisnis Online
News Update :

SYMPHONI RINDU SANG PELAUT; Sipakainga, Sipakalebbi na to Sipatokkong.

Sabtu, 17 Maret 2012



Rudy Syam
Pesta Panen Rakyat adalah suatu pesta yang diidamkan oleh seluruh rakyat termasuk Nelayan (Sang Pelaut), pesta panen adalah pesta pengungkapan rasa syukur dari rakyat kepada Tuhan karena telah diberi keberhasilan usaha setelah panen.

"Dalam pesta panen Nelayan mengundang keluarga, kerabat, pemimpin masyarakat pelaut, pedagang dan ponggawa serta bangsawan dimana pesta memberikan ruang-ruang tudang sipulung dalam menjalin silaturahim antara semua komponen masyarakat dengan niat mempererat tali persaudaraan tanpa kepentingan sesaat" 

Mereka melebur dalam satu baik orang tua, anak-anak, laki-laki ataupun perempuan dalam satu ikatan kelaurga dan kerabat yang merasakan betapa indahnya arti hidup persudaraan. Tapi cerita ini adalah kisah kejayaan dari nenek moyang kita yang dikenal sebagai Sang Pelaut (Sweet Memories).

Pesta Demokrasi Rakyat adalah pesta rakyat zaman modern yang sangat jauh dari Pesta Rakyat zaman nenek moyang, pestanya anak zaman modern, orang-orang mapan ataupun kaum elit yang mengatasnamakan rakyat. Pesta Demokrasi ini memang sangat jauh dari pesta panen yang mengungkapkan rasa syukur atas keberhasilan yang didapat sedangkan pesta zaman modern ini adalah pesta yang menentukan pemimpin, apakah akan membawa aspirasi dan kepentingan rakyat ? atau apakah aspirasi kaum mapan, elit ataupun berjuis? Selain itu Pesta Demokrasi ini adalah langkah awal dari suatu  perjuangan yang panjang, berbeda dengan pesta panen rakyat yang merupakan pesta dari hasil perjuangan yang panjang.

Warisan yang kehilangan ahli warisnya atau ahli waris yang kehilangan warisannya....?
Adalah sangat lucu ketika kita mewariskan sebuah oleh-oleh indah kepada anak cucu kita sebuah kotak yang sangat besar atau sebuah kolam yang sangat besar tetapi isinya segenggam pasir sekepal tangan ataupun seteguk air. 

Segenggam itu bak pasir yang semakin erat untuk dikepal semakin habis ataupun seteguk air asin yang ketika diminum maka semakin terasa kehausan. Maka dapat dibayangkan bagaimana jadinya anak cucu yang akan saling menjatuhkan, menyakiti, bahkan saling membunuh kasarnya menghalalkan segala cara untuk memiliki sesuatu. Sejarah akan berulang lagi seperti kejadian awal peradaban manusia antara persaingan Habil dan Qabil....

Padahal warisan yang diberikan oleh nenek moyang kita sangat banyak mulai dari kekayaan fisik dengan bentangan geografis yang siap untuk diolah ataupun warisan nilai sosial dengan  jiwa ramah tamah dan gotong royong, budaya yang beragam dengan seni yang mengagumkan. 

Pertanyaan muncul kemudian ’kemanakah warisan Kerajaan Majapahit ataupun Kerajanan Luwu ? kemanakah Warisan Patih Gajah Mada ataupun Jiwa dan Semangat Andi Djemma? jawabannya mungkin subjektif bagi saya yaitu dimakan oleh raksasa ketamakan dan keserakahan oleh anak zaman yang mengatas namakan kemoderenan dan didukung oleh orang-orang luar yang memfasilitasi ketamakan dan keserakahannya. 

Pendeknya mereka (nelayan) seolah-olah telah kehilangan hak untuk memanfaatkan (territorial use rights) dan hak secara turun temurun yang dimiliki (Indigenous use rights). Mereka telah dibuai dan dimanjakan dengan kesenangan semu tanpa tersadar mereka telah dirampok didepan mata sendiri.

Simphoni Kemiskinan Nelayan
Sangat menggelitik bagi saya, ketika saya membaca sebuah buku dengan tema ”Simponi Kemiskinan Nelayan” yang mengatakan  suatu simphoni masyarakat nelayan adalah simphoni yang terus bersenandung dihampir seluruh kawasan pesisir Indonesia meskipun pembangunan negara ini sudah berlangsung kurang lebih 67 tahun semakin keras dan bergema. 

Sangat menyedihkan kondisi saat ini yang notabenenya adalah zamannya anak modern, zamannya kemapanan tapi yang timbul adalah kesengsaraan yang ada disepanjang 81.000 km² pantai yang dipenuhi oleh sekitar 65 % manusia yang ada di Indonesia dengan tatapan dan sorotan mata yang mengandung simponi kemiskinan selama kurang lebih dari setengah abad dari babak keberadaan Indonesia.

Maka tepatlah dengan istilah yang sering dialamatkan dan disindirkan kepada mereka yang tidak tahu sama sekali. The Poorest Of The Poor, alias kelompok termiskin dari yang miskin. Mereka yang miskin ide, gagasan dan tindak aksi ekonomi. Mereka miskin informasi, pendidikan, pengetahuan, pelatihan-pelatihan, modal usaha serta kemampuan usaha. 

Selain itu mereka dalam lingkungan yang miskin dengan sarana, prasarana dan pranata sosial ekonomi yang merupakan prasyarat dan modal dasar bagi mereka untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai anak cucu dari seorang pelaut di zaman yang notabene diklaim sebagai zamannya kemoderenan. Selain itu mereka hidup dilingkungan i dont care (istilah zaman anak modern) yang miskin perhatian, simpati dan empati. Mereka hidup dalam kemiskinan dan terjebak dalam lingkaran  setan kemiskinan (Poverty vicious circle) yang ujung pangkalnya tidak jelas dan saling terkait sebab-musababnya.

Ketidakmampuan dan ketidakberdayaan menghadapi Raksasa Globalisasi sehingga menciptakan ilegal product modernisasi. Kentalnya mementingkan kepentingan sendiri, dan pudarnya jiwa kekeluargaan dan kekerabatan adalah contoh kecil dari gilasannya. Menurut Rick Warren dengan konsep purpose driven memvonis Five Global Giants alias Lima Raksasa yang mempunyai kekuatan, kuasa dan pengaruh yang sangat besar. Lostness (ketersesatan), Lack of servant leaders (Pemimpin yang dilayani), Poverty (kemiskinan), Sickness (penyakit), dan Ignorance (kebodohan) adalah biang kerok ketidakberesan yang ada dimuka bumi ini. 
  
Simphoni Rindu Sang Pelaut
Maka sangat tepatlah untuk segera terbangun dari tidur nyenyak dengan nina bobo, untuk segera mengambil langkah dengan momen yang tepat di Pesta Demokrasi Rakyat  Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang sedang berjalan saat ini. Marilah kita sukseskan pesta ini karena sejatinya adalah pestanya rakyat untuk memilih pemimpin yang membawa aspirasi rakyat dan bukan pemimpin yang dilayani (Lack of servant Leaders) tetapi pemimpin yang melayani rakyat (The Real Leaders). Ingat ka le’...dan ingatki’ dengan janjita...!

Sewajarnya jika rakyat (Nelayan) merindukan suatu simphoni kerinduan sang pelaut yang telah lama tidak terngiang ditelinga mereka. Sumpah Palapa yang dikumandangkan dengan gagah oleh Mahapati Gaja Mada ”Saya tidak akan memakan buah kelapa sebelum wilayah ini kupersatukan dalam satu wilayah Nusantara Hasta Mandala Dwipa, semangat Jiwa dan Juang dari Andi Djemma yang terkonteks indah oleh para To Ciung ”Ma’ Bicara naparapi, Ma’ Binru Tepupi Napaja” ataupun petuah dari sang nenek moyang ”Sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai”.

Masyarakat sekarang ini, utamanya para nelayan sangat merindukan suasana yang telah hilang, suatu kondisi jiwa dan semangat yang ada pada nenek moyang kita. Sikap dan tindak yang ramah tamah, kekeluargaan, kekerabatan, gotong royang serta jiwa persatuan dan kesatuan.

Kerinduan kedua adalah Pemimpin yang siap melayani masyarakat, mengutamakan kepentingan negara segagah dengan Mahapati Gaja Mada dan bekerja keras untuk rakyat seperti Raja Andi Djemma serta tokoh masyarakat, agama ataupun budayawan serta dari kaum akademisi yang bisa dijadikan panutan dalam bermasyarakat seperti tokoh To Ciung.

Bukankah dengan kesederhanaan dan ketradisonalan (menurut versi manusia modern saat ini) nenek moyang kita lebih sejahtera, lebih damai dan bahkan lebih mapan karena telah berhasil menyatukan rakyat yang lebih berbudi, bergotong royong dan saling menghargai dengan keberagaman, serta tanpa adanya  simphoni kemiskinan.

Jika dengan jiwa dan kearifan nenek moyang serta tetap berpegang kepada budaya serta didukung dengan ilmu dan perkembangan teknologi, saya yakin negara ini bisa kembali mendulang sejarah seperti apa yang telah dicapai oleh para nenek moyang kita sebagai seorang pelaut yang selalu Sipakainga, Sipakalebbi na to Sipatokkong.

Oleh: Rudy Syam
Mahasiswa Akhir Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
BTP Blok Ac No. 9 Makassar

Saat di temui Bung Rudy sedang menulis dilaptop ditemani kopi dan setumpuk buku-buku lingkungan, kelautan dan sosial, pandangannya fokus tertuju pada layar komputernya. Setelah di wawancarai ternyata beliau sedang mempersipakan pembuatan buku barunya yang memuat banyak fakta tentang kondisi pesisi dan laut yang ada di Indonesia.

Tulisan yang ada di depan pembaca sekarang adalah catatan tentang sebagian kecil dari riset yang beliau lakukan selama menempuh studi Pasca sarjana di Universitas Hasanuddin. Kita tunggu tulisan-tulisan beliau selanjutnya. Semoga bermanfaat untuk semua...Amin !!

Link Affiliate :
http://UangDownload.Com/join/2076.html
http://topfacebookbisnis.com/go/2195954.html

http://UangDownload.Com/join/48632.html

https://masterkey.masterweb.net/aff.php?aff=5879


Cafe Bisnis Online Cafe Bisnis Online Lowongan kerja buat facebookers Cafe Bisnis Online Cafe Bisnis Online
Share this Article on :

TERKOMENTARI

Cafe Bisnis Online
Amal Shaleh (3) Amanat Undang Undang Dasar (1) Antropologi (1) Arang Tempurung (1) Artis (1) Arumi Bachim (1) Azon Profit MAster (1) BBM (4) Beli Buku (1) Bisnis Potensial (1) Blogger (2) Buku Book (2) Cari Dolar (3) Cari Duit (3) Demonstrasi (8) ebook (2) Fakultas Hukum Unhas (1) Future Technologi (4) Gerakan Indonesia Mengajar (8) Gerakan Mahasiswa (10) Gerakan Pekerja dan Buruh (3) Gizi Buruk (3) Halte Kayu (1) Hamdan Andank (1) Home Shcooling (2) Indonesia Maju (8) Info Lomba (3) Istana Negara (1) Isu Seksi (2) Jalan Baru Islam (4) Jual Buku (1) Jual Buku Digital (1) Kelautan (6) Kesimpulan Buku (1) Kesimpulan dan Saran (5) Kiamat 2012 (2) Kick Andy (1) Kolaborasi (1) Komisi (1) Komoditi (1) Kondisi Masyarakat Pesisir (1) Krisis Pangan (3) Kursus (2) Lamun (1) Lowongan Kerja (1) Masa Depan Dunia (8) Masa Depan Indonesia (18) Masa Depan Kelautan (1) Masyarakat Nelayan (4) McDonald's (1) Membuat Affiliate (1) Mengajar (8) Mobil Esemka (1) Mobil Moko (1) Pariwisata (1) Pasca Sarjana (1) Pendidikan Hukum (2) Penduduk Dunia (2) Penduduk Indonesia (4) Penelitian (2) Penemuan (4) Pengajian Anak (1) Penggulingan Rezim (5) Penggulingan SBY (4) Penhasil Dolar (1) Penjarahan (1) Perairan Indoensia (3) Perikanan (1) Pertanian (1) Pesisir Indonesia (4) Peternakan (1) Rekomendasi (2) Reviw Penelitian (1) Riset dan Survey (4) Sanggar Pendidikan (2) Selebritis (1) Simpulan dan saran (2) Soeharto (1) Software (1) Software Canggih (1) Sosial Politik (1) Statistik (1) Strategi Pembangunan (8) Sulawesi Selatan (2) Teknologi Informatika (8) Teknologi Masa Depan (4) Teknologi Tinggi (7) Tentara dan Polisi (2) Tulisan (3) Universitas Hasanuddin (6) Universitas Se-Indonesia (7) Wakatobi (2)
 

© Copyright LediSYah.com 2010 -2011 | Design by Syahnudin Syahden | Published by Ledisyah Template | Powered by Blogger.com.